Minggu, 17 Oktober 2010

My School

My SCHOOL is SMANSAKA

The Heroes Of Madura, Trunojoyo



Trunojoyo, begitu disebutkan namanya, pasti hal pertama yang terlintas adalah tokoh perjuangan berdarah Madura. Sosok yang sudah tak asing lagi meski tak sedikit orang mengenalnya sebagai nama Jalan, Jalan Trunojoyo, misalnya. Padahal jika diselami kehidupannya, hal tersebut merupakan hal yang menarik khususnya kaum muda agar dapat meniru sosok pribadi yang begitu mengagumkan.

Siapa Sebenarnya Trunojoyo ?
Coba dipikirkan sejenak, Indonesia dulu memiliki banyak tokoh perjuangan. Jika dihitung takkan ada habisnya orang-orang yang memiliki jasa yang berharga bagi bangsa, dan salah satu diantaranya adalah Pangeran Trunojoyo. Trunojoyo adalah seorang putera dari keturunan Demang Meloyo, dan hal menariknya adalah ayah dari beliau ini juga merupakan keturunan Pangeran Cakraningrat I (Raden Prasena) dari istrinya yang lain. Pada saat tahun 1667, suasana genting sangat terasa di Jawa. Pertumpahan darah banyak terjadi akibat tebasan-tebasan pedang dalam perang. Sementara itu, dalam kehidupan masyarakat Madura tak sedikit orang tersiksa atas pemerintahan yang dilaksanakan oleh Raden Undaan saat itu. Begitu menyadari akan hal tersebut, Trunojoyo tak dapat tinggal diam. Ia berniat untuk suatu saat melakukan perlawanan terhadap orang yang bergelar P. Cakraningrat II tersebut. Selaras dengan kedatangan Belanda ke tanah Jawa semakin memicu ambisi membela rakyat kecil di Madura dan sekitarnya yang tertindas atas hal-hal yang akan dilakukan oleh Belanda. Tak lain dan tak bukan maksud kedatangan Belanda tersebut untuk menguasai monopoli perdagangan yang ada.

Hal-Hal yang Diperjuangkan
Pasti ada banyak hal yang luar biasa yang telah dilakukan Pangeran Trunojoyo sehingga ia disebut-sebut pejuang. Sebagaimana diketahui bahwa Belanda ingin memonopoli perdagangan di Pulau Jawa. Jika dominasi di bidang ini dibiarkan, rakyat akan menderita karena rakyat tidak bisa bebas berdagang seperti sedia kala. Di sinilah Pangeran Trunojoyo berani menentang itu. Dia merencanakan penyerangan, untuk menaklukkan Mataram tentunya harus memiliki armada tempur yang kuat untuk itu sebelum mengadakan penyerangan terlebih dahulu dia akan menaklukkan kerajaan-kerajaan di Madura. Hal ini mendapat tanggapan yang bagus dan sangat membantu sekali untuk usaha penyerangan itu. Melalui ideologi beliau yang menyebutkan bahwa gerakan itu adalah gerakan anti-kafir, banyak tokoh-tokoh membantu beliau, seperti diantaranya adalah Kraeng Galesong. Orang ini merupakan salah seorang yang sangat benci terhadap Belanda dan Mataram, khususnya karena sebelumnya telah terjadi penyerangan terhadap rakyatnya di Makassar oleh Arung Palaka. Selain itu juga muncul sejumlah nama yang mendukung beliau seperti dari Banten, Wangsa Kajoran, Panembahan Giri. Pada saat tiba waktunya, kerajaan di Madura diserang oleh pasukan Trunojoyo. Penyerangan itu berlangsung dengan mudah, kerajaannya dapat dikuasai dan P.Cakraningrat II dapat ditangkap yang kemudian akan diasingkan ke daerah Kediri.
Di sisi lain terdengar kabar bahwa Surabaya yang juga merupakan daerah kekuasaan Pangeran Trunojoyo diserang terus oleh Belanda. Hal ini tidak dapat dihindarkan, Pangeran Trunojoyo terpaksa lari pada saat itu menghindar dari serangan tersebut untuk menyusun rencana penyerangan lagi. Ambisi PangeranTrunojoyo tetap tak padam sedikitpun bahkan kebencian yang terpendam pun semakin ada dalam sanubari beliau. Pada akhirnya juga Pangeran Trunojoyo beserta yang lainnya menyerang Mataram dengan kekuatan besar. Pertempuran sengit pun tidak dapat terelakkan, Sultan Amangkurat I terpaksa meninggalkan keraton Mataram akibat pasukannya sudah kalah saat pertempuran itu. Sultan melarikan diri menuju Batavia yang bermaksud untuk meminta pertolongan pada Jendral Spellman dari Belanda. Namun naasnya, saat ia sedang berada dalam perjalanan ia meninggal sebelum dapat sampai ke Batavia. Amangkurat I pun mendapat julukan sebagai Pangeran Tegalwangi karena dia meninggal dan dimakamkan di daerah Tegalwangi.
Mataram akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Pangeran Trunojoyo. Hal ini disambut gembira oleh para pengikutnya. Begitu mendengar berita kematian Sultan Amangkurat I tersebut, Belanda marah terhadap apa yang telah dilakukan oleh Pangeran Trunojoyo. Belanda melakukan penyerangan secara tiba-tiba yang sama sekali tidak diduga oleh Trunojoyo. Pangeran Trunojoyo pun kewalahan menghadapi serangan yang digencarkan oleh pihak Belanda. Pasukan Trunojoyo berhasil dipukul mundur oleh Belanda, yang kemudian mereka melarikan diri ke Kediri. Pelarian tersebut tidak lantas membuat Belanda jadi tenang, karena niat sebenarnya Belanda adalah dapat menagkap Pangeran Trunojoyo. Setelah beberapa kali terjadi saling kejar-mengejar akhirnya Pangeran Trunojoyo menyerah pada Belanda. Saat itu Trunojoyo terkepung oleh penyerbuan yang dibawah pimpinan Jonker. Tak ada jalan lain bagi Trunojoyo dan K.Galesong untuk menyerah sambil berharap masih ada kesempatan untuk dapat kembali melakukan perlawanan lagi.
Ternyata akhir riwayat beliau sampai disitu, setelah ia tertangkap kemudian ia diserahkan kepada Sunan Ageng untuk dihukum. Beliau meninggal dengan cara yang mengenaskan. Tikaman dari Sunan Ageng yang menghujam jantung beliau seketika membuatnya jatuh yang kemudian para mentri-mentri juga ikut menusukkan keris Kyai Balabar tersebut. Keris tersebut memiliki sumpah oleh pembuatnya, yaitu keris tidak akan pernah diberikan sarung besar sebelum dapat menusuk dada Pangeran Trunojoyo. Kisah perjuangan Pangeran Trunojoyo sampai disitu, sosok pahlawan yang sangat cinta terhadap rakyat kecilnya sudah tiada. Dengan demikianlah berakhir riwayat hidup Pangeran yang tak pernah kenal rasa takut untuk membela kebenaran.

Adakah Trunojoyo Trunojoyo selanjutnya
Kehidupan sekarang sangatlah memprihatinkan, banyak anak muda sudah mulai lupa akan sejarah bangsanya sendiri. Padahal jika dilihat perjuangan tokoh-tokoh pahlawan tidak lah mudah. Kemerdekaan yang sekarang diperoleh atas usaha para pahalawan yang gigih bahkan tak sedikit darah bercucuran demi mendapatkan keadilan. Mereka berkorban demi kehidupan selanjutnya menjadi lebih baik.
Satu dari sekian banyak tokoh pahlawan yang ada yaitu Trunojoyo misalnya. Keberaniannya terhadap Belanda yang bertindak semena-mena tak dapat dilukiskan oleh apapun. Jika dibayangkan untuk melawan Belanda yang bersenajatakan tembak hanya dihadapi dengan sebilah pedang, saat ini adakah orang yang mau betindak sedemikian dengan apa yang telah dilakukan Pangeran Trunojoyo ? Keberanian P.Trunojoyo patut dicontoh dan diterapkan di kehidupan. Belanda seolah bukan sesuatu yang perlu ditakutkan oleh Trunojoyo. Saat ini citra nama Indonesia sedang terpuruk. Hal ini tambah diperkeruh dengan suasana politik yang tidak stabil di dalam negeri. Dahulu kala bangsa Indonesia terpandang di hadapan negara-negara di dunia seperti Afrika, Amerika Latin dan khususnya Asia berkat perjuangannya melawan Kolonialisme dan Imperialisme. Mari mulai tanamkan jiwa nasionalisme yang kokoh dalam jiwa masing-masing yang nantinya dipergunakan untuk berjuang melawan pembusukan-pembusukan yang terjadi. Sikap anarkhis yang dilakukan pemuda-pemuda saat ini, serta tindak pidana korupsi yang banyak dilakukan oleh pejabat, buanglah semua hal tersebut. Janganlah sesekali menggantungkan diri terhadap orang yang lebih tua karena mereka semua tidak akan selamanay berada di muka Bumi ini. Jadikanlah hal ini menjadi pelajaran bagi kaum muda untuk tetap meneruskan cita-cita para pahlawan. Walaupun dilahirkan dari latar belakang, suku, agama, dan ras yang berbeda tapi jangan jadikan alasan tersebut untuk tidak bersatu demi Bangsa Indonesia. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam upaya bentuk meneruskan cita-cita pahlawan, sebagai kaum muda dapat dilakukan dengan cara pendidikan yang dikenyam haruslah benar-benar yang bermanfaat dan mulai mengabdikan dirinya untuk nusa dan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para pahlawannya. Untuk para kaum muda, ingat pesa Bung Karno “Jas Merah” yang bermakna Jangan Sampai Melupakan Sejarah.